Rekrut Tokutei Ginou di Seluruh Cabang demi Ciptakan Lingkungan Kerja yang Nyaman

Medical Care Service Company Inc.
Kepala Seksi Rekrutmen, Divisi Operasional Bisnis
Takahiro Ito
Medical Care Service Co., Ltd., bagian dari Gakken Group, mengelola fasilitas perawatan “Ai no Ie Group Home” yang ditujukan untuk lansia dengan demensia. Perusahaan ini memiliki lebih dari 360 kantor cabang di seluruh Jepang, dan mempekerjakan lebih dari 150 pekerja asing dengan status Tokutei Ginou.
Kami berbincang dengan Takahiro Itou dari Divisi Promosi Rekrutmen, yang terlibat dalam perekrutan tenaga kerja asing di wilayah Aichi dan Gifu—wilayah dengan jumlah pekerja Tokutei Ginou terbanyak di perusahaan—untuk membahas poin penting dalam proses rekrutmen dan sistem dukungan di lapangan.
Orang Indonesia yang Tekun Belajar Disegani di Lapangan
――Kapan mulai merekrut tenaga kerja asing?
Kami mulai merekrut tenaga kerja dengan status Tokutei Ginou sekitar empat tahun lalu untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di industri perawatan lansia. Karena Gakken Group menjalankan bisnis baik di dalam maupun luar negeri, kami pun memutuskan untuk merekrut tenaga kerja dari perspektif global.
Awalnya, kami menerima pekerja Tokutei Ginou di Prefektur Aichi dan Chiba, lalu secara bertahap memperluas perekrutan ke area lainnya. Mereka menunjukkan kecocokan yang tinggi dalam pekerjaan perawatan lansia, dan tingkat pengunduran diri pun rendah, sehingga prosesnya berjalan lancar.
Kami mulai dengan tenaga kerja asal Vietnam, dan kini juga menerima dari Nepal, Indonesia, dan Myanmar. Wilayah Aichi dan Gifu, yang menjadi tanggung jawab saya, memiliki industri otomotif yang besar dan populasi warga asing yang tinggi. Mungkin karena itu, jumlah pelamar di sini lebih banyak dibandingkan area lain.

――Bagaimana kesan Anda terhadap pekerja asal Indonesia?
Banyak dari mereka yang memiliki sifat lembut dan ramah tamah, sehingga saya merasa mereka sangat cocok untuk merawat para lansia. Kesan saya, mereka memiliki kesadaran terhadap pekerjaan juga tinggi, dan sangat rajin belajar.
Karena pekerjaan di bidang perawatan lansia cukup berat, saat wawancara pertama kami sengaja menyampaikan gambaran yang cukup keras agar tidak ada perbedaan ekspektasi. Namun, sebagian besar langsung menjawab, “tidak masalah.” Setelah mulai bekerja pun, mereka menjalankan tugas dengan serius, dan sejauh ini tidak ada keluhan dari lapangan.
Selain itu, dibandingkan dengan pekerja dari negara lain, mereka datang ke Jepang dengan tujuan yang jelas. Ada yang mengatakan ingin bekerja di Jepang selama sekitar 10 tahun lalu kembali ke negaranya untuk menerapkan keterampilan di bidang perawatan, dan ada pula yang memiliki impian membangun fasilitas perawatan lansia di negara asalnya. Karena di Indonesia belum banyak fasilitas perawatan lansia yang memadai, mungkin mereka melihat peluang besar di sana.
Awalnya, karena kami tidak terbiasa dengan budaya dari negara yang memiliki beragam keyakinan, kami sempat khawatir apakah bisa menyediakan lingkungan kerja yang sesuai—terkait waktu salat, hijab, atau kebiasaan makan. Namun, dengan menyesuaikan lingkungan kerja agar tidak mengganggu operasional, semua kekhawatiran itu bisa diatasi, dan tidak ada masalah sama sekali.
Mampu Tersenyum di Tengah Kesulitan jadi Kunci Perekrutan
――Apa saja poin yang menjadi perhatian saat wawancara?
Kami fokus pada kemampuan mendengarkan dan berbicara, seperti apakah pelamar memiliki kemampuan bahasa Jepang yang cukup untuk menjalankan pekerjaan tanpa hambatan. Dalam kasus saya, standar penilaiannya adalah ‘apakah mereka bisa menjawab sekitar 60% dari pertanyaan yang sama seperti yang diajukan kepada pelamar orang Jepang’. Karena itu, saya sering memulai dengan obrolan ringan, seperti tentang cuaca di negara asal atau masakan favorit mereka.
Pertanyaan seputar perawatan lansia atau demensia biasanya sudah dipelajari saat persiapan ujian, jadi banyak yang bisa menjawab lancar dengan istilah-istilah sulit dari buku teks. Namun, saat saya sengaja sedikit mengalihkan topik, sering kali mereka jadi tidak bisa menjawab dengan baik atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaannya. Meskipun terlihat seperti menjebak, saya sengaja melakukan ini untuk melihat kemampuan bahasa mereka yang sebenarnya, agar mereka tidak kesulitan saat sudah bekerja di Jepang.
Di sisi lain, meski tidak bisa menjawab dengan sempurna, jika mereka tetap menunjukkan senyum dan bisa berkomunikasi lewat ekspresi, saya menilai itu sebagai nilai tambah. Karena pengguna layanan kami adalah lansia dengan demensia, situasi kerjanya sering kali seperti bertemu orang baru setiap hari. Dalam lingkungan seperti itu, kemampuan untuk tetap tersenyum adalah salah satu “keterampilan” penting yang kami amati dengan saksama.
Selain itu, saya juga melihat apakah mereka punya tujuan yang jelas. Bukan sekadar berkata “Saya ingin menjadi care worker (kaigo fukushishi)”, tapi apakah mereka punya visi setelah itu. Menurut saya, jika seseorang punya mimpi, dia akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan dan tidak mudah menyerah.
Saya juga menanyakan berapa lama waktu yang mereka alokasikan untuk belajar setiap harinya, untuk melihat apakah mereka benar-benar berusaha meraih mimpi tersebut. Karena lima tahun ke depan akan sangat padat, seperti bekerja sambil belajar bahasa Jepang dan mempersiapkan ujian nasional untuk perawat lansia. Jika tidak bisa menyisihkan waktu belajar 2–3 jam setiap hari, saya merasa mereka akan sulit untuk bertahan.
――Apa saja sistem dukungan yang disediakan oleh perusahaan?
Sebagai dukungan untuk memperoleh kualifikasi, kami menyediakan bantuan biaya (dengan batas maksimal) untuk mengikuti pelatihan caregiver level menengah (jitsumusha kenshū), serta menyelenggarakan kursus persiapan ujian nasional bagi mereka yang ingin memperoleh status visa “Kaigo” (Perawat Lansia) agar bisa tetap bekerja setelah masa visa Tokutei Ginou berakhir. Selain itu, kami juga memberikan bantuan biaya ujian nasional setelah mereka dinyatakan lulus.
Namun karena mereka bekerja di kantor cabang yang berbeda-beda, secara umum kami menyerahkan dukungan harian kepada masing-masing tempat kerja. Misalnya, ada yang memberikan furigana pada kanji-kanji sulit, atau menciptakan suasana kerja yang nyaman agar mereka merasa mudah untuk bertanya. Kami percaya bahwa bukan tentang membuat sistem khusus karena mereka orang asing, tapi yang penting adalah bisa memberikan respons dengan tepat saat dibutuhkan.
Selain itu, di wilayah Aichi dan Gifu, kami secara rutin mengadakan sesi belajar bersama bagi pekerja dengan status Tokutei Ginou setiap tiga bulan sekali. Dalam sesi ini, kami menjelaskan makna kosakata yang sering membingungkan serta soal-soal ujian caregiver nasional, dan memberikan latihan soal dari ujian sebelumnya.
Di awal sesi, untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang sekaligus sebagai ice-breaking untuk mencairkan suasana, peserta diminta memperkenalkan diri dengan tema ringan seperti “hal yang sedang digemari akhir-akhir ini” atau “apa yang dibeli dengan gaji pertama”. Beberapa peserta bahkan sangat menantikan sesi ini karena bisa bertemu dan bertukar cerita dengan pekerja Tokutei Ginou dari kantor cabang lain. Saat ini kegiatan ini hanya dilakukan di wilayah Aichi dan Gifu, tetapi ke depannya rencananya akan diperluas ke wilayah lain juga.

Menjadi Care Worker Bukan Akhir, Tapi Awal Karier yang Lebih Tinggi
――Harapan terhadap tenaga kerja asing ke depannya
Awalnya kami merekrut tenaga kerja asing untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja. Namun sekarang, kami memilih mereka karena semangat dan kemampuannya yang tinggi. Berkat kerja keras staf-staf asing yang telah bekerja selama empat tahun terakhir, kualitas kerja yang rapi dan kepedulian mereka yang hangat benar-benar dirasakan oleh para lansia pengguna fasilitas, bahkan keluarga mereka pun memberikan penilaian yang positif.
Ke depannya, kami berharap mereka juga bisa menjadi pemimpin atau manajer. Nyatanya, salah satu staf asal Tiongkok yang sudah memperoleh sertifikat Kaigo Fukushishi, mulai tahun ini sudah kami tugaskan untuk menjadi pembimbing bagi staf lainnya. Jika semakin banyak orang asing yang menjadi pemimpin, maka mereka bisa menjadi panutan nyata bagi pendatang baru. Hal itu juga menjadi motivasi untuk terus belajar bagi para pembimbing. Bagi pihak perekrut, hal ini memudahkan kami dalam menunjukkan contoh nyata, jadi bisa dikatakan satu tindakan, tiga manfaat.
Kami memandang seluruh staf—baik warga Jepang maupun asing—sebagai rekan kerja yang setara. Jadi, kami berharap siapa pun yang memiliki kemampuan bisa terus maju dan naik ke posisi yang lebih tinggi.
――Pesan untuk orang Indonesia yang ingin bekerja di Jepang
Visa Tokutei Ginou memang diperuntukkan bagi tenaga kerja, tetapi kami ingin kalian datang dengan kesadaran bahwa kalian akan bekerja sebagai staf profesional yang menangani nyawa para lansia. Banyak orang dari negara lain juga ingin bekerja di Jepang, jadi tolong ingat bahwa cara kalian bekerja akan memengaruhi kesempatan kerja bagi generasi berikutnya dari Indonesia.
Pekerjaan di bidang perawatan lansia dan memperoleh sertifikasi Kaigo Fukushishi bukanlah hal yang mudah. Apakah kalian bisa meraih mimpi atau tidak, itu tergantung pada usaha masing-masing. Tapi kami akan berusaha memberikan dukungan semaksimal mungkin. Mari kita berjuang bersama untuk mencapai tujuan yang sama.
