Kuatnya Kepercayaan Masyarakat Jepang Meski Banyak yang “Non-Religius”
Setelah melakukan penelitian tentang agama di Jepang, sebanyak 60% masyarakat Jepang menjawab tidak beragama. Sementara itu, 78.000 kuil Buddha dan 81.000 kuil Shinto berdiri melebihi 50.000 minimarket, sehingga terjadi gap dengan masyarakat Jepang yang memiliki pandangan iman yang kurang. Pada artikel kali ini, kami akan membahas hubungan kuil dengan masyarakat Jepang.
この記事の目次
Masyarakat Jepang yang Sering Mengunjungi Kuil
Masyarakat Jepang memiliki kebiasaan mengunjungi kuil pada saat ada upacara atau momen penting dalam kehidupan, misalnya anak perempuan berumur 5 tahun dan 7 tahun, serta anak laki-laki berumur 5 tahun mengunjungi kuil bersama keluarga untuk mendoakan pertumbuhan anak dengan mengikuti upacara Shichi-go-san. Setiap awal hari tahun baru, masyarakat Jepang datang ke kuil untuk mendoakan keselamatan dan kedamaian di tahun yang baru. Kegiatan ini disebut Hatsumode, dan orang-orang datang membuat barisan yang panjang. Selain itu, masyarakat Jepang sering ke kuil bertujuan untuk berdoa agar sukses di sekolah pilihan, kemenangan kompetisi olahraga, kesembuhan keluarga atau teman yang sakit, dan kemudahan persalinan. Kuil merupakan tempat yang selalu ada di kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.
Tata Krama Beribadah
Kami akan memperkenalkan tata krama secara umum saat beribadah ke kuil.
- Pada saat masuk ke kuil ada sebuah gerbang yang disebut torii, dan sebelum melewati torii kita wajib memberikan hormat dengan cara membungkukkan badan. Dari torii berdiri hingga seterusnya sudah menjadi wilayah “Dewa”.
- Setelah melewati torii, ada pijakan batu besar yang disebut sandou. Disarankan untuk tidak berjalan di tengahnya karena jalan tersebut merupakan jalan yang dilalui Dewa, maka kita harus mengambil jalan di sebelah kiri atau kanan.
- Setelah masuk lebih jauh lagi, ada tempat untuk menjernihkan pikiran dan tubuh yang disebut chouzuya. Diawali dengan membersihkan tangan kiri, tangan kanan, lalu membersihkan mulut dengan menyendokkan air dengan alat yang disebut hishaku.
- Di depan kuil ada kotak uang. Kita bebas mau mengeluarkan uang berapa peser, tetapi pada umumnya memasukkan uang 5 yen karena uang ini disebut juga sebagai goen yang memiliki makna keberuntungan.
- Tahap terakhir adalah beribadah. Secara umum kita beribadah dengan cara Nirei Nihakushu Ichirei. Kita membungkukan badan 2 kali dengan sikap yang benar, 2 kali tepuk tangan, lalu satukan telapak tangan dan berdoa dengan sepenuh hati, dan terakhir sekali lagi membungkukkan badan.
Ada juga hal yang tidak boleh dilakukan di dalam kuil. Salah satunya adalah membawa hewan peliharaan karena ada juga Dewa yang tidak nyaman dengan anjing maupun kucing. Oleh karena itu, mari hindari mengunjungi kuil jika sedang bersama hewan peliharaan.
Mengunjungi Kuil dengan Mengoleksi Goshuinchou atau Buku Stampel Kuil
Akhir-akhir ini di Jepang sedang ada tren berkunjung mengelilingi kuil. Salah satu penyebabnya adalah adanya buku koleksi stampel kuil yang disebut goshuincho. Goshuin yang dapat diperoleh di kuil Buddha atau kuil Shinto adalah sebuah buku untuk mencatat koneksi dengan Dewa. Jika kita membawa goshuinchou khusus ke kuil, kita akan mendapatkan tulisan tinta hitam yang berisi nama kuil atau nama Dewa yang dihormati sehingga menarik untuk dikoleksi. Dengan berkeliling kuil, kita dapat merasakan seperti sedang melakukan reli untuk mencari stampel. Kegiatan ini menjadi cara baru untuk berjalan-jalan dan berwisata. Karena goshuinchou memiliki banyak desain, jika mampir ke Jepang cobalah berkeliling kuil sambil membawa goshuinchou.
Bagi masyarakat Jepang mengunjungi kuil dan berdoa kepada Dewa merupakan hal yang biasa, makanya kesadaran untuk mempercayai agama tertentu tergolong kecil. Berdoa secara sederhana yang yang mengakar kuat di kehidupan sehari-hari merupakan cara unik kepercayaan masyarakat Jepang.