2021.12.15 up

Menikmati Rakugo, Hiburan Klasik Jepang

One of the Japanese vaudeville “Shinjuku SUEHIROTEI”(写真AC)

Rakugo merupakan salah satu hiburan tradisional Jepang yang dibentuk pada zaman Edo (1603~1868). Berbeda dengan hiburan tradisional lainnya seperti nogaku dan kabuki, rakugo sama sekali tidak menggunakan musik dan atribut. Rakugo merupakan seni bercerita yang hanya menggunakan gerakan tubuh dan gerakan tangan. Mengekspresikan cerita hanya menggunakan kipas dan kain tangan, rakugoka dituntut untuk memiliki skill yang tinggi dalam memerankan berbagai macam peran. Hal yang paling menarik adalah kita dapat melihat bagaimana rakugoka menceritakan isi wacana dengan tekniknya tersendiri.

Ada banyak genre yang diceritakan, seperti cerita komedi “Otoshi-banashi”, cerita tentang kasih sayang suami istri, orang tua dan anak-anak “Ninjo-banashi”, cerita misteri yang muncul hantu dan dewa pencabut nyawa “Kaidan-banashi”. Kali ini kami akan memperkenalkan beberapa genre cerita standar rakugo.

Cerita Komedi “Jugemu” dan “Toki-soba”

写真AC

“Jugemu” memiliki arti bahwa hidup itu tidaklah abadi. Menceritakan kisah seorang ayah yang akhirnya memiliki seorang anak, pergi ke kuil berkonsultasi dengan biksu untuk mencari nama yang baik. Selain kata seperti Jugemu, banyak kata keberuntungan lainnya yang diperoleh sampai sang ayah tidak bisa memilih salah satu kata. Maka dari itu, sang ayah menyambungkan semua kata keberuntungan menjadi satu nama, yaitu “Jyugemu, Jyugemu, Gokou-no-Surikire, Kaijarisuigyo-no, Suigyoumatsu Unraimatsu Furaimatsu, Kunerutokoro-ni-Sumutokoro, Yaburakoji-no-Burakoji, Paipopaipo Paipo-no-Shuringan, Shuringan-no-Gurindai, Gurindai-no Ponpokopi-no Ponpokona-no, Chokyumei-no Chosuke”. Sesuai dengan namanya, Jugemu (disingkat) tumbuh dengan cepat, tetapi masalah bermunculan karena namanya yang terlalu panjang. Cerita “Jugemu” memiliki teknik-teknik dasar Rakugo, sehingga banyak Rakugoka yang awalnya belajar dari cerita ini.

kakesoba (mie dengan kuah tsuyu atau sup Jepang) (写真AC)

“Toki-soba” adalah cerita berlatar kedai soba yang beroperasi di tengah malam dengan nama Yataka soba. Cara menghitung jam pada kala itu adalah ”Akatsuki 9 (kokonotsu)” sama dengan jam 12 malam, setelah itu setiap 2 jamnya dihitung “Akatsuki 8 (yattsu)”, “Akatsuki 7 (nanatsu)” dan “Akatsuki 6 (muttsu)”. Lalu jam 10 malam sama dengan “Asa 4 (yotsu)” dan jam 12 siang setelahnya disebut “Hiru 9 (kokonotsu)”. Kemudian “Yoru 4 (yotsu)” sama dengan jam 10 malam dan 2 jam berikutnya kembali ke “Akatsuki 9”.

Pada “Akatsuki 9” datang seorang pria memesan kakesoba (mie dengan kuah tsuyu atau sup Jepang) di kedai soba, lalu laki-laki tersebut memuji secara berlebihan semua barang yang ada di toko seperti papan nama, piring, dan rasa sobanya. Kemudian saat membayar, soba berharga 16 Mon (Mon adalah mata uang pada zaman dahulu, 1 Mon sama dengan 32.5 Yen) itu dibayar dengan pecahan 1 Mon. Ketika membayar ke-8 Mon, pria tersebut bertanya, “Sekarang jam berapa, ya?” kepada pemilik kedai soba. Setelah pemilik soba menjawab “Sekarang jam 9 (kokonotsu)”, pria itu menanggapi “Oh, 9 (kokonotsu) ya, jadi ini sisanya.” dan menghitung uang sisa mulai dari 10 Mon hingga 16 Mon. Setelahnya ia langsung menghilang dan telah menipu kedai soba sebanyak 1 Mon. Lalu pria lain yang melihat cara itu, berpikir untuk melakukan hal yang sama. Keesokan harinya, dia datang mencari kedai soba tersebut, tetapi yang ada adalah kedai soba yang berbeda. Pria tersebut mencari cari kedai soba sampai jam “Yoru 4 (yotsu)” (jam 11 malam) dan tidak kunjung ketemu. Kisah ini menceritakan perbedaan unik dari pria lain yang ingin mengikuti cara pria pertama. Ngomong-ngomong, kalau di Kansai cerita ini dikenal dengan “Toki-udon” lho!

Cerita Klasik tentang Kemanusiaan, “Shibahama”

写真AC

“Shibahama” berlokasi di sekitar distrik Minato, Tokyo. Pada zaman Edo, Shibahama yang menghadap ke arah laut menjadi salah satu pelabuhan perikanan terbaik, akan tetapi saat ini sudah berubah menjadi sebuah taman. Tokoh utama dari cerita ini adalah seorang pedagang ikan yang pandai tetapi suka dengan minuman sake (minuman alkohol Jepang). Karena kehidupannya hancur gara-gara alkohol, sang istri pun marah dan menyuruhnya untuk keluar mencari ikan. Sesampainya di pasar Shibahama, semua toko tutup karena ia datang terlalu pagi. Akhirnya pria tersebut jalan-jalan dan menemukan sebuah dompet yang terjatuh di dalam laut. Di dalam dompet tersebut ada banyak uang yang bisa dipakai untuk berfoya-foya seumur hidup. Saking gembiranya, pria tersebut pulang sambil bernyanyi dan minum sake. Keesokan harinya, dompet yang ia temukan kemarin menghilang, sang istri pun mengatakan, “Tidak ada benda seperti itu tuh, mungkin kamu lagi mabuk dan bermimpi.”. Setelah kejadian memalukan tersebut, sang tokoh utama mengubah sikapnya untuk mulai bekerja sungguh-sungguh, hingga mampu memiliki toko sendiri setelah 3 tahun. Setelah itu, sebuah kebenaran tentang kejadian 3 tahun lalu yang dilakukan oleh sang istri kepada suami tercintanya itu pun terkuak.

Cerita Misteri “Shinigami”

写真AC

“Shinigami” adalah sebuah cerita tentang sosok shinigami (dewa pencabut nyawa) yang muncul untuk mengajarkan sebuah teknik rahasia bahwa hidupnya belum berakhir kepada seorang pria yang mencoba bunuh diri karena kegagalan yang ia alami ketika melakukan segala sesuatu. Teknik rahasia itu adalah kemampuan melihat shinigami di sekeliling orang sakit. Saat shinigami sudah berada di dekat telapak kaki, ia akan menyebutkan mantra dan shinigami itu akan menghilang sehingga pasien terselamatkan. Pria tersebut sangat mahir menggunakan teknik rahasianya untuk menyembuhkan orang sakit, sehingga ia dipanggil sebagai dokter yang terampil oleh banyak orang. Suatu hari di rumah seorang pasien  (yang sudah tak terselamatkan), ada shinigami yang berdiri di sebelah bantal berisi banyak uang, lalu shinigami itu tertipu dan nyawa pasien tersebut terselamatkan. Shinigami marah besar dan berkata bahwa nyawa orang sakit itu tertukar dengan nyawa pria tersebut. Setelah mendengar hal itu, pria tersebut mencoba menghidupkan lilin kehidupannya yang hampir padam. Dengan adanya penampilan penutup yang unik dan mantra menjauhkan shinigami seperti “Ajarakamokuren, tekeretsu no paa” maka kami sarankan untuk mendengarnya secara langsung di tempat.

Rakugo kuno yang dibuat di periode zaman Edo hingga zaman Meiji memiliki isi cerita yang sulit dipahami orang Jepang di zaman modern. Ada beberapa ungkapan yang sulit dipahami, tetapi dengan melihat kebiasaan dan pemikiran pada zaman itu, kita dapat mempelajari salah satu bagian dari sejarah. Sampai saat ini pun banyak rakugoka yang membuat berbagai macam cerita rakugo terbaru.

Di waktu libur pada masa pandemi COVID-19 ini, mari mendengar rakugo menggunakan layanan subscription seperti Yose Channel yang ada di Amazone Prime Video dan Sankei Rakugo yang ada di Sankei Shinbun.

寄席チャンネル:https://www.yosechannel.com/

産経らくご:https://id.sankei.jp/rakugo/lp/#top