Updated October 10th, 2025
Didi, Sakae Nojin

Mengoperasikan forklift dengan mahir, bertanggung jawab atas pengangkutan hasil pertanian serta bahan-bahan produksi.

Didi Kanadi
Kelahiran 1977 Asal Bandung, Jawa Barat

Terinspirasi oleh kemajuan teknologi Jepang

Setelah lulus dari universitas di Indonesia, Didi bekerja selama sekitar sepuluh tahun di pabrik yang memproduksi benang. Melihat teknologi Jepang di internet membuatnya terinspirasi untuk bekerja di Jepang.

“Saya terkejut melihat bagaimana pekerjaan bisa dilakukan dengan sangat efisien menggunakan teknologi canggih seperti robot. Saya terinspirasi ingin mempelajari teknologi seperti itu, dan sejak saat itu saya mulai berpikir untuk bekerja di Jepang.”

Pada tahun 2006, Didi pertama kali datang ke Jepang sebagai Pemagang Ginou Jisshu dan bekerja selama tiga tahun di pabrik suku cadang mobil di Kota Nagoya, Prefektur Aichi. Setelah menyelesaikan masa magangnya dan kembali ke Indonesia, ia bekerja di bidang pemrosesan mesin, sambil membantu ayahnya yang merupakan seorang petani menanam dan memanen tomat, sawi hijau, serta cabai pada akhir pekan.

Berkat pengalaman tersebut, ia memutuskan untuk kembali ke Jepang, kali ini untuk mempelajari teknologi pertanian. Ia lulus ujian Tokutei Gino pada tahun 2022, dan pada tahun berikutnya bergabung dengan Perusahaan Sakae Nojin Co., Ltd., yang berbasis di Kota Fujimi, Prefektur Nagano, dan bergerak di bidang pertanian serta produksi makanan.

Pada musim panen, ia juga turut membantu pekerjaan di ladang.

Didi, yang merupakan seorang Muslim, bangun setiap pagi pukul 4 untuk melaksanakan ibadah rutinnya. Setelah menyiapkan sarapan dan bekal makan siang, ia berangkat dari apartemennya pukul 7 pagi. Karena memiliki SIM, ia menjemput rekan kerja sesama warga asing satu per satu dan mengantarkan mereka ke tempat kerja agar tiba tepat waktu untuk mulai bekerja pukul 8 pagi.

Tugas utamanya adalah mengangkut serta memindahkan hasil pertanian dan bahan-bahan menggunakan forklift, juga mengelola pesanan dari pelanggan. Saat pesanan banyak atau ketika musim panen sedang sibuk, jumlah barang yang harus diangkut meningkat, namun ia tetap bekerja dengan efisien dan hati-hati. Pada masa puncak panen, ia juga turun langsung ke ladang untuk membantu proses panen. Ia bekerja dengan tekun hingga pukul 5 sore, sambil melaksanakan salat di sela-sela waktu istirahat pukul 10, 12, dan 3 siang.

“Di Jepang, terdapat banyak sekali pasar, jadi jenis tanaman yang harus kami tanam juga beragam dan cukup berat. Terutama pada bulan November hingga Desember, saat musim panen anggur dan jamur, pekerjaan menjadi sangat sibuk sampai terkadang saya harus lembur hingga pukul 7 atau 8 malam. Walau kadang kekurangan tenaga, saya tetap merasa puas bisa bekerja dikelilingi oleh sayuran yang saya sukai.”

Sambil menikmati alam Nagano di hari libur, Didi juga giat belajar untuk meraih status Peserta Tokutei Gino (Tipe 2).

Kota Fujimi di Prefektur Nagano merupakan daerah dataran tinggi yang terletak sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut dan terkenal dengan keindahan alamnya. Didi yang tinggal di lingkungan alam Nagano menghabiskan hari liburnya dengan menikmati berbagai kegiatan sesuai musim, saat musim panas ia biasanya barbeque di tepi sungai dekat rumah, dan saat musim dingin ia bermain salju di area ski bersama teman-temannya.

“Yang menarik dari Nagano adalah turunnya salju, sesuatu yang jarang dirasakan oleh orang Indonesia. Saat pertama kali melihat salju, saya benar-benar terharu. Hanya saja, kalau harus menyetir saat jalanan bersalju, agak takut juga karena bisa tergelincir,” ujarnya.

Saat ini, Didi sedang giat belajar untuk meraih status Peserta Tokutei Gino (Tipe 2), sambil menerima berbagai saran dari para senior yang sudah lebih dulu mendapatkannya. Karena ujian tersebut tidak memiliki furigana dan banyak menggunakan kanji yang sulit, ia berfokus pada latihan membaca dan menulis kanji. Ia mengatakan bahwa di bidang pertanian, banyak kata yang memakai kanji yang sama tetapi memiliki arti berbeda, sehingga cukup sulit untuk memahaminya sepenuhnya.

“Saya mencoba menghafal kanji dengan cara membaca dan menulisnya berulang-ulang, tapi tetap saja sulit. Meski begitu, saya ingin terus belajar lebih dalam tentang pertanian, dan jika ada kesempatan, saya juga ingin mencoba mengambil lisensi untuk mengemudikan truk besar. Saya berharap bisa bekerja di Jepang selama mungkin, namun di masa depan saya ingin kembali ke Indonesia dan mendirikan perusahaan pertanian dengan pengalaman yang saya peroleh di Jepang.”

Sebagai penutup, Didi memberikan pesan bagi para anak muda Indonesia yang ingin bekerja di Jepang:

“Saya sarankan untuk tidak hanya belajar bahasa Jepang, tapi juga mempelajari budaya dan disiplin masyarakat Jepang sebelum datang ke sini. Dalam kasus saya, karena juga harus mengemudi, saya cukup terkejut mengetahui bahwa peraturan lalu lintas di Jepang dan Indonesia agak berbeda. Jika kalian mengenal senior yang sudah pernah bekerja di Jepang, sebaiknya berbicaralah dengan mereka untuk belajar dari pengalamannya.”