Belajar Online Sambil Kejar Pekerja Berketerampilan Spesifik (II) Demi Bersama Keluarga di Jepang

Pertama Kali ke Jepang sebagai Peserta Pemagang Teknis di Perusahaan Perikanan Miyagi
Melalui tayangan anime, Fika mulai tertarik dengan Jepang sejak duduk di bangku SMA. Sejak itu pula ia memendam keinginan untuk suatu hari bisa bekerja di negeri sakura. Di sekolahnya di Indonesia, Fika mengikuti program pendidikan khusus bagi siswa yang ingin meniti karier di industri perikanan Jepang.
“Karena pekerjaan perikanan membutuhkan kekuatan fisik, kami dilatih dengan berbagai olahraga menggunakan dumbbell dan push-up bar. Untuk pelajaran bahasa Jepang, kami belajar kosakata dasar dan cara menulis hiragana. Meski materinya masih sederhana, bekal itu sangat membantu saya ketika mengikuti ujian evaluasi Pemagang Teknis maupun JLPT setelah tiba di Jepang.”

Setelah lolos wawancara online dengan perusahaan pengolahan hasil laut di Shiogama, Prefektur Miyagi, Fika berangkat ke Jepang pada 2016 sebagai Peserta Pemagang Teknis. Ia bertugas memotong ikan utuh seperti salmon, makarel, hingga tuna menjadi potongan fillet sesuai standar berat.
“Awalnya memang banyak hal yang belum saya mengerti. Tapi bisa berbicara langsung dengan orang Jepang menggunakan bahasa mereka saja sudah membuat saya bahagia, bahkan lelah bekerja pun terasa hilang. Memang ada dialek lokal di Miyagi, tetapi mereka sengaja menggunakan bahasa Jepang yang sederhana agar kami orang asing bisa mengerti, jadi saya tidak terlalu kesulitan.”
Sepulang kerja, Fika rajin belajar mandiri untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang. Usahanya membuahkan hasil dengan lulus JLPT N5, N4, dan N3. Selama lima tahun sebagai Pemagang Teknis (3), ia menimba banyak pengalaman berharga di Jepang.
Menikah, Memiliki Anak, dan Kembali ke Jepang dengan Status Pekerja Berketerampilan Spesifik (I)

Pada 2021, Fika kembali ke Indonesia. Di sana ia menikah dengan pria Indonesia yang dikenalnya semasa bekerja di Jepang, lalu dikaruniai seorang putra setahun kemudian. Saat anaknya berusia satu tahun, Fika khawatir bahasa Jepang yang sudah dipelajarinya akan hilang begitu saja. Ia pun bekerja sebagai pengajar bahasa Jepang di lembaga pengiriman tenaga kerja. Namun, keinginannya untuk kembali ke Jepang semakin kuat.
“Kesempatan kedua ke Jepang datang ketika lembaga pendukung tenaga kerja memperkenalkan saya ke Shinsei Suisan. Kebetulan saat itu masa menyusui anak sudah selesai, jadi saya merasa ini saat yang tepat. Kalau menunggu sampai usia 30–40 tahun, mungkin kesempatan akan makin sedikit. Karena itu saya putuskan berangkat lagi di usia 20-an.”
Di Jepang, Bisa Menabung untuk Pendidikan Anak dan Masa Depan

Mulai Januari 2025, Fika resmi bekerja di Shinsei Suisan yang berlokasi di Pasar Grosir Daerah Funabashi, Prefektur Chiba. Pabrik ini beroperasi 365 hari setahun sehingga jadwal kerja menggunakan sistem shift, dengan jatah libur delapan hari per bulan. Ia kini tinggal di apartemen milik perusahaan, sekitar 10 menit bersepeda dari lokasi kerja. Jam kerjanya pukul 08.00–17.00 dengan fokus pada pengolahan tuna: mulai dari membentuk potongan, mengemas fillet, hingga meracik bahan tambahan.
“Karena sudah punya pengalaman sebelumnya, pekerjaan sekarang terasa lebih ringan, baik dari sisi fisik maupun teknis. Lokasi juga lebih strategis karena dekat dengan Tokyo. Dulu dari Miyagi ke Tokyo butuh shinkansen dengan biaya dan waktu besar, sekarang cukup kereta sekitar seribu yen. Jadi waktu luang lebih bisa saya nikmati, entah untuk jalan-jalan atau sekadar makan di luar.”

Fika kini menargetkan agar suami dan anaknya bisa segera menyusul ke Jepang untuk tinggal bersama. Ia sedang mempersiapkan syarat untuk mendapatkan izin tinggal permanen. Kuliahnya yang dijalani secara online ditargetkan selesai pada Desember 2026. Selain itu, ia juga berencana lulus JLPT N2 dan menjadi Pekerja Berketerampilan Spesifik (II) dalam 1–2 tahun mendatang.
“Saya ingin punya banyak pilihan, jadi sekarang saya kejar baik jalur Gijinkoku (Visa Engineer/Specialist in Humanities) maupun Pekerja Berketerampilan Spesifik (II). Di Indonesia, penghasilan sebenarnya cukup untuk hidup bertiga, tapi sulit untuk menabung demi masa depan. Di Jepang, saya bisa menabung sekaligus memberi pendidikan terbaik untuk anak saya.”
Pesan dari Fika untuk orang Indonesia yang ingin bekerja di Jepang adalah sebagi berikut.
“Jepang itu negara yang bersih, modern, penuh teknologi, dan orang-orangnya ramah. Dibandingkan Indonesia, fasilitas di sini sangat lengkap dan kita bisa mencoba banyak hal. Rasanya tidak ada bosannya meski tinggal lama, karena selalu ada sesuatu yang baru dan menyenangkan. Jadi, sebelum berangkat, pelajari bahasa Jepang dengan serius sekaligus pengetahuan umum tentang Jepang. Itu akan sangat membantu agar bisa hidup lebih nyaman di sini.”
