Beralih dari Petani menjadi Pengrajin Plesteran, Teguh Menantang Diri dengan Bekerja sambil Belajar Bahasa dan Budaya Jepang

TEGUH WIDODO
Kelahiran 1998
Asal Wonogiri, Jawa Tengah
Ketertarikannya pada Teknologi Konstruksi Jepang yang Tahan Bencana
Teguh datang ke Jepang sebagai Ginou Jisshusei (pemagang teknis) pada tahun 2024. Saat ini, ia bekerja sebagai pengrajin plesteran di Kawamura Kogyo, di Kota Kawasaki, Prefektur Kanagawa.
Ia memutuskan untuk bekerja di Jepang ketika berusia 25 tahun. Saat itu, ia bekerja di bidang pertanian padi, tetapi keluarganya menyarankan, “Kerja di Jepang gaji nya kan tinggi, jadi kenapa tidak dicoba saja?” Hal ini mendorongnya untuk memilih jalur pemagang teknis.
“Saya mulai bosan dengan pekerjaan di sawah dan ingin mencoba industri baru. Setelah meneliti tentang konstruksi, saya mengetahui bahwa bangunan di Jepang tahan terhadap gempa dan angin topan. Saya ingin belajar bagaimana cara membangun bangunan seperti itu, sehingga saya memilih industri ini.”
Sebagai pemula, ia sering merasa kurang keterampilan, tetapi tetap merasa antusias dengan pengalaman baru yang didapatkan setiap hari. Dengan bimbingan dari senior di lapangan dan instruktur dari lembaga pengawas, ia menikmati pekerjaannya setiap hari.

Saya Suka Natto dan Gyudon dari Yoshinoya
Hal yang mengejutkan Teguh ketika datang ke Jepang adalah perbedaan dalam cita rasa masakan. Di Indonesia, banyak masakan yang memiliki rasa dan aroma kuat, sehingga masakan Jepang yang menonjolkan rasa dengan dashi dan bahan-bahan lainnya terasa lebih ringan. Awalnya, perbedaan ini membuatnya bingung, tetapi setelah mendapatkan rekomendasi makanan dan restoran dari para senior di lapangan, ia mulai berpikir bahwa “masakan Jepang juga enak, kok.” Salah satu favoritnya adalah gyudon dari Yoshinoya. Ketika pertama kali mencobanya, ia begitu terkesan hingga tidak sadar menulis tulisan “enak.”
Selain itu, ia juga menyukai natto. Karena murah dan enak, ia selalu menyimpannya di tempat tinggalnya.
“Selama pelatihan satu bulan setelah masuk ke Jepang, seorang instruktur Jepang merekomendasikan saya untuk mencoba natto. Saat pertama kali mencobanya, baunya terasa menyengat dan saya berpikir, ‘Tidak bisa…’ Namun, setelah mencoba menambahkan saus dan mencobanya beberapa kali, saya mulai menyukainya. Sekarang, saya mencampurnya dengan telur mentah dan menuangkannya di atas nasi, atau menambahkannya ke dalam mi instan dan mi cup.”

Belajar Bahasa Jepang dengan Baik Agar Keinginan Mendapatkan Visa Tokutei Ginou Tercapai
Sebelum datang ke Jepang, Teguh sudah memiliki sertifikat N4 dalam Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (JLPT), dan satu tahun kemudian ia mendapatkan N3. “Bahasa Jepang adalah yang paling penting jika tinggal di Jepang,” katanya. Saat ini, ia masih rutin belajar bahasa Jepang setiap pagi dan malam.
“Waktu belajar malam sekitar 30 menit. Saya menonton video pembelajaran bahasa Jepang di YouTube dan menulis kanji yang tidak bisa saya baca di buku catatan saya. Keesokan paginya, saya melihat kembali catatan tersebut dan mengulang kanji yang tidak bisa saya baca kemarin. Kanji memang sulit, jadi saya belum bisa menulisnya, tetapi sekarang saya bisa membacanya dan memahaminya.”
Teguh sangat giat belajar karena memiliki motivasi di baliknya, yaitu keinginannya untuk bekerja lama di Jepang. Setelah masa magangnya berakhir, ia berencana kembali ke Indonesia untuk membangun rumah bagi keluarganya, tetapi ia ingin mendapatkan kembali visa Pekerja Berketerampilan Spesifik (Tokutei Ginou) dan bekerja kembali di Jepang.
“Saya masih mempertimbangkan bidang pekerjaan apa yang akan saya pilih, tetapi saya ingin meningkatkan kemampuan bahasa Jepang saya dan mencoba pekerjaan di luar pekerjaan lapangan. Jika saya bisa tinggal lebih lama di Jepang, saya juga berharap bisa memiliki pasangan orang Jepang (sambil tertawa).”
