Sejarah Pemandian Umum Sekaligus Sejarah Ubin di Jepang?
2023.07.24 up

Sejarah Pemandian Umum Sekaligus Sejarah Ubin di Jepang?

Di Jepang terdapat salah satu budaya khas yang bernama 入浴 (nyuuyoku)ーberendam ketika mandi.

Budaya ini bermula dari lahirnya tempat pemandian umum atau biasa disebut 銭湯 (sento) pada zaman Edo, dan masih melekat di kehidupan sehari-hari hingga saat ini.
Salah satu hal yang mendukung budaya tersebut adalah ubin.

Di Jepang sendiri sejak dahulu, ubin telah dipakai sebagai bahan bangunan interior seperti kamar mandi, dapur dan toilet. Tidak jarang kita melihat penggambaran tempat mandi yang berubin di berbagai manga dan anime Jepang.

© 1988 Studio Ghibli
Sebagai contoh, adegan berendam di tempat mandi yang memakai ubin terlihat pada anime『となりのトトロ』(My Neighbor Totoro).

Di tahun 2022, tepat 100 tahun Jepang merayakan peristiwa yang memulai penyebaran pemakaian ubin, Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum menyelenggarakan pameran khusus berjudul「日本のタイル100年―美と用のあゆみ」(100 Tahun Ubin Jepang ― Sejarah Keindahan dan Kegunaannya).

Seperti apa ya sejarah ubin yang sampai melekat pada keseharian masyarakat Jepang?
Yuk kita kenalan dengan sejarah ubin di Jepang!

Pintu masuk pameran khusus (Sumber foto : Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum)

Ubin di Jepang

Pertama-tama, kita harus tahu dulu apa sih ubin itu?

Di Jepang, ubin merupakan bahan bangunan yang terbuat dari tembikar atau keramik yang dibakar dan berbentuk lembaran tipis.

Karakteristiknya yang tidak mudah kotor dan tahan gores, serta mudah dibersihkan membuat bahan ini sering digunakan di tempat yang mengutamakan kebersihan. Sama seperti Jepang, sebagian besar rumah-rumah di Indonesia pun menggunakan ubin sebagai lantai rumah.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ubin berperan dalam menjaga kebersihan tempat pemandian di Jepang yang mempunyai budaya berendam. Kemudian, budaya tile art yang tidak terlepas dari pemakaian ubin di tempat pemandian Jepang pun lahir dan mengakar pada keseharian masyarakat Jepang. Pemakaian ubin di tempat pemandian Jepang melahirkan sebuah kesenian gambar pada ubin yang disebut タイル画 (tairumen) yang terus mengakar ke keseharian masyarat Jepang.

Ubin di Pemandian Umum Anak di Tahun 1929 (Tahun 4 Showa), Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum

Ubin dari Zaman Mesir Kuno

Ubin dalam Bahasa Jepang disebut 「タイル」(tairu) yang berasal dari Bahasa Latin nya “Tegula” yang artinya “menutupi”.

Konon, ubin tertua berasal dari Mesir kuno yang bernama faience tile. Ubin tersebut adalah ubin yang digunakan di bagian dalam Piramida.

Sejak saat  itu, pemakaian ubin mulai menyebar ke seluruh dunia karena daya tahan dan karakteristiknya yang mudah dibersihkan.

Faience Tile Mesir (Sumber foto: Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum)

Pada abad ke-19, ubin mulai diproduksi secara massal sebagai produk industri karena Revolusi Industri di Inggris. Kemudian, ubin beserta arsitektur Barat masuk ke Jepang pada era Meiji.
Namun, ubin pada era tersebut tidak digunakan di kamar mandi, melainkan hanya di daerah pintu masuk dan sekitar tempat perapian.

Relief Ubin Jepang yang diproduksi dengan desain ubin Inggris sebagai inspirasi pada era Meiji (Sumber Foto: Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum)

Asal-Usul Ubin Jepang—Kawara, Renga, dan Terracotta

Walaupun telah diperkenalkan ke Jepang sejak era Meiji, ubin bukan satu-satunya bahan bangunan yang digunakan di Jepang pada era tersebut.

Salah satu contohnya yaitu 瓦 (kawara, bahasa Indonesia: keramik untuk atap) yang diperkenalkan pada abad ke-6 untuk membangun kuil agama Buddha. Selain digunakan untuk atap, kawara juga dipergunakan untuk lantai maupun dinding—layaknya keramik.

Selain itu, tergantung pada tempat serta penggunaannya, kawara diberi berbagai istilah sesuai dengan tempat kegunaannya seperti, 敷瓦 (shikigawara) untuk lantai, dan 腰瓦 (koshigawara) untuk bagian dinding.

(Sumber foto: Edo-Tokyo Open-Air Architectural Museum)
Shikigawara, kawara yang digunakan untuk lantai.

Di Jepang juga terdapat berbagai bahan bangunan keramik lainnya, misalnya 煉瓦 (renga, bahasa Indonesia: batu bata) yang diperkenalkan dari Belanda pada akhir zaman Edo, 化粧煉瓦 (keshō renga) yang berasal dari renga, dan terracota yang diperkenalkan dari Amerika.

Bagian dari batu bata konnyaku (蒟蒻) yang digunakan di bangunan bata merah tertua di Jepang.
Bata konnyaku adalah batu bata tipis yang ditemukan dari daerah Nagasaki, Jepang.
(Sumber foto: Edo-Tokyo Open-Air Architectural Museum)

Meningkatnya Permintaan Terhadap Ubin serta Penyatuan Istilahnya

Industri Pembangunan Jepang menggunakan berbagai macam bahan bangunan yang terbuat dari tembikar, tergantung pada gaya bangunan, lokasi, serta tujuan penggunaannya.
Situasi ini mengalami perubahan saat Periode Taisho dimulai.

Awalnya, pesatnya perkembangan ekonomi yang diciptakan oleh efek Perang Dunia Pertama menyebabkan banyak perancangan bangunan berskala besar di daerah perkotaan sehingga terdapat peningkatan jumlah penggunaan ubin sebagai bahan eksterior.

Di sisi lain, pada kalangan masyarakat awam pun, terdapat gerakan ‘perbaikan gaya hidup’, yang berupa peninjauan kembali cara-cara hidup tradisional menjadi gaya hidup ala Barat yang dianggap lebih rasional. Gerakan ini menjadi semakin aktif dengan adanya penekanan pada fasilitas sanitasi modern dan perlengkapan air. Penggunaan ubin yang lebih mudah dibersihkan daripada bahan kayu tradisional pun mulai populer, termasuk dalam desain interior pemandian umum.

Di saat yang sama, kepedulian akan kesehatan masyarakat meningkat karena munculnya wabah penyakit menular seperti flu Spanyol, yang menyebabkan ubin menjadi semakin diperhatikan sebagai bahan bangunan dengan sanitasi yang baik.

Bak mandi berubin dengan pola mosaik (Sumber Foto: Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum)
Ubin berguna untuk fasilitas yang berhubungan dengan air.

Permintaan terhadap ubin yang meningkat, juga menimbulkan satu masalah lain.
Pada awalnya, keramik ubin di Jepang berdasarkan sejarahnya memiliki nama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu, shikigawara dan keshō renga. Namun, seiring berjalannya waktu penyebutan nama untuk keramik ubin ini menjadi 25 nama lebih yang berbeda. Hal ini, menyebabkan kebingungan bagi pelaku pasar karena sulit menemukan nama yang tepat saat ingin memesan produk keramik ubin ini.

Oleh karena itu, pada tanggal 12 April 1922, Konvensi Nasional Produsen Ubin Seluruh Jepang diadakan untuk memutuskan penyelarasan nama seluruh “bahan bangunan keramik tipis” yang digunakan dalam arsitektur dengan nama ‘tairu (ubin).

Peristiwa ini, memberikan solusi untuk masalah kebingungan pasar, dan ubin mulai tersebar luas di Jepang sebagai produk industri.

Panorama Pameran Peringatan Perdamaian Tokyo Tahun 1922 (Tahun Taisho ke-11) yang disimpan di Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum, Tokyo.
Peristiwa Konvensi Nasional Produsen Ubin diadakan di “Gedung Ubin” tempat pameran berlangsung.

Kamu Harus Lihat! Ubin Cantik Asal Jepang

Istilah ‘tairu’ (ubin) telah ada di Jepang sejak 100 tahun yang lalu.

Keramik ubin tidak hanya digunakan karena dari segi kepraktisannya untuk melindungi bangunan, ubin juga banyak diciptakan untuk memenuhi nilai keindahan sebuah bangunan, karena banyak juga ubin yang diproduksi dengan nilai dekorasi yang tinggi.

Dalam pameran khusus kali ini, berbagai ubin yang menggabungkan nilai fungsional dan keindahan dipamerkan sebagai perayaan 100 tahun perkembangan ubin di Jepang.

Ubin Majolika buatan Jepang (Sumber Foto: Edo-Tokyo Open-Air Architectural Museum)
Merupakan tiruan dari ubin Majolika yang populer di Inggris, umumnya ubin ini diekspor ke negara-negara Islam.
Ubin Porselen Mosaik (Tahap Prototipe)
(Sumber Foto: Edo-Tokyo Open-Air Architectural Museum)
Ubin yang berukuran lebih kecil dari 50cm² disebut sebagai ubin mosaik

Selain itu, pameran ini juga memperkenalkan ubin-ubin yang dikembangkan dengan teknologi modern, sehingga mengajak kita untuk memikirkan masa depan industri arsitektur dengan melibatkan penggunaan ubin.

Eco Carat Plus Linee (Sumber Foto: Edo-Tokyo Open-Air Architectural Museum)
Selain fungsi insulasi, antibakterial, serta penyerap kelembaban yang tidak dimiliki ubin tradisional pada umumnya, ubin ini juga dirancang dengan desain yang memperhatikan tekstur rumah tradisional Jepang.

Semakin Banyak Kamu Tahu Akan Semakin Menarik! Sejarah Ubin Jepang

Pameran Khusus Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum “100 Tahun Ubin Jepang – Sejarah Keindahan dan Penggunaannya”

Keramik ubin ikut berperan untuk menopang kehidupan orang Jepang, telah mengakar mengikuti perubahan zaman dan gaya hidup, dan masih terus berkembang hingga saat ini.

Pada pameran khusus ini, museum juga menyebarkan beberapa “peta” ubin di area taman, sehingga pengunjung dapat menikmati pameran sejarah penggunaan ubin pada bangunan-bangunan bersejarah di Jepang.

Sebagai penutup, kurator dari Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum juga menuliskan komentar nya mengenai pameran khusus ini.

“Bagi kita, mungkin ubin merupakan sebuah benda yang tidak asing. Namun, saya sendiri sebelumnya tidak mengetahui sejarah secara detail mengenai ubin sampai saya terlibat dalam pameran ini. Menurut saya, pameran khusus ini akan memperlihatkan kita alur sejarah ubin di Jepang mulai dari asal-usul nya hingga perkembangannya di masa kini.”

Pameran khusus ini berlangsung hingga 20 Agustus 2023.

Yuk, kunjungi pameran ini sebagai kesempatan untuk memperingati 100 tahun penyelarasan istilah nama keramik ubin di Jepang!

Ringkasan Informasi

Nama Pameran:「日本のタイル100年―美と用のあゆみ」, JAPANESE ”TILE”: A Century of Beauty and Utility (100 Tahun Ubin Jepang ― Sejarah Keindahan dan Kegunaannya)
Periode Pameran:11 Maret ー 20 Agustus 2023
Tempat:Edo-Tokyo Open Air Architectural Museum Exhibition Room
Alamat: 3-7-1 Sakura-cho, Koganei-shi, Tokyo (Taman Metropolitan Koganei)
Harga Tiket Masuk:
・Umum ¥400
・Mahasiswa (termasuk sekolah kejuruan) ¥350
・Usia 65 tahun ke atas, siswa SMA, dan siswa SMP (di luar ibukota Tokyo) ¥200
※ Gratis bagi siswa SMP yang tinggal atau belajar di Tokyo, siswa SD, dan anak-anak yang belum masuk sekolah
※ Tersedia tarif grup (20 orang atau lebih)
Jam Operasional:9.30ー17.30 JST (Jam Masuk Terakhir 17.00 JST)
Hari Libur:Senin
※Jika hari Senin jatuh sebagai hari libur nasional, maka taman akan tutup pada hari berikutnya
Situs Resmi:https://www.tatemonoen.jp/