Selamat Hari Ibu untuk Seluruh Ibu di Jepang!
Hampir seluruh negara di muka bumi ini memiliki hari untuk merayakan peran seorang ibu dalam keluarga. Jika negara Indonesia merayakannya tiap 22 Desember, Hari Ibu di Jepang justru tidak memiliki tanggal khusus! Setiap tahunnya, Hari Ibu atau 「母の日 (haha no hi)」 dirayakan tiap minggu ke-2 pada bulan Mei. Loh, kok bisa ya?
Hari Ibu atau “Mother’s Day” dimulai di Jepang sekitar akhir periode Meiji, dan konon diperkenalkan dari Amerika melalui agama Kristen. Acara Hari Ibu diadakan di gereja-gereja di Jepang pada tahun 1915. Kemudian pada tahun 1931, saat Persatuan Wanita Jepang Raya dibentuk, hari ulang tahun Permaisuri Kojun (permaisuri Kaisar Showa) yang jatuh pada tanggal Maret ditetapkan sebagai Hari Ibu. Namun, saat itu budaya tersebut belum begitu merasuk sehingga belum banyak dikenal masyarakat.
Pada 8 Mei 1937, Morinaga Seika Co., Ltd. mengadakan acara yang disebut “Turnamen Hari Ibu Morinaga” (母の日大会) yang sangat meningkatkan popularitas hari perayaan ini. Di acara turnamen Morinaga ini, sekitar 200.000 ibu diundang ke taman hiburan secara gratis dan diliput secara luas oleh media. Banyaknya liputan inilah yang membuat masyarakat jadi mengetahui adanya perayaan Hari Ibu. Kemudian pada tahun 1949, hari Minggu kedua bulan Mei menjadi Hari Ibu karena pengaruh budaya Amerika, lalu menyebar ke seluruh negeri.
Hadiah untuk Hari Ibu, Jangan Sampai Berikan Hadiah Tabu!
Ketika Hari Ibu tiba, biasanya para ibu mendapatkan hadiah untuk mengapresiasi perannya di dalam keluarga maupun lingkungan sosial. Di Jepang pun memiliki kebiasaan untuk memberikan bunga anyelir karena masuknya pengaruh budaya Amerika. Akan tetapi, jangan asal pilih warna bunga! Warna-warna pada bunga memiliki arti tersendiri, jangan sampai salah memberi dan justru meninggalkan sakit hati.
Warna bunga anyelir yang direkomendasikan adalah warna merah dan merah muda (pink). Anyelir merah melambangkan cinta kasih seorang ibu yang murni, dan anyelir pink melambangkan kehangatan dan rasa terima kasih terhadap cinta kasih ibu. Jika sosok ibu telah tiada dan ingin mengenangnya, bunga anyelir putih bisa menjadi pilihan. Jangan memberikan anyelir kuning, karena warna tersebut berarti kekecewaan, kecemburuan, dan penolakan!
Selain bunga anyelir kuning, ada beberapa barang yang tabu untuk diberikan saat Hari Ibu. Contoh hadiah “pembawa sial” adalah peralatan tajam seperti pisau, suribachi (alat tumbuk/mangkuk mortar), kushi atau sisir, bunga putih, dan bunga krisan. Peralatan dapur sepeti pisau diasosiasikan dengan “cutting the edge“, seolah ingin memotong hubungan. Memberikan suribachi atau mangkuk mortar untuk menggiling bahan makanan memiliki konotasi negatif, yaitu “menghabiskan/menghancurkan segalanya”. Sisir juga memiliki konotasi negatif, karena bahasa Jepang sisir (クシ, kushi) mengandung makna “pahit” atau “kematian”. Bagi beberapa daerah, budaya, maupun acara, bunga putih diasosiasikan sebagai kesucian dan cinta yang murni. Namun, bunga putih identik dengan kematian bagi orang Jepang karena kerap diberikan saat pemakaman. Tidak hanya itu, bunga krisan identik dengan agama Buddha yang kuat di mata orang Jepang, makanya lebih baik untuk tidak memberikan bunga tersebut sebagai hadiah Hari Ibu.
Jika barang di atas membawa kesialan, lantas hadiah apa yang cocok diberikan saat Hari Ibu?
Selain bunga anyelir, makanan manis dan peralatan makan menjadi pilihan yang tepat. Makanan manis yang dikemas kecil-kecil dan peralatan makan seperti cangkir teh cantik membawa pesan “Terima kasih atas kerja kerasmu dan istirahatlah dahulu”.