Updated October 21st, 2025
Komang, Suginoko

Bekerja sebagai Koki Restoran di Dalam Bandara Haneda Sambil Memelajari Teknik Kuliner Jepang yang Selama Ini Ia Kagumi.

I Komang Triadi Merta Yasa
Kelahiran 1996 Asal Bali, Indonesia
Tertarik oleh keindahan dan kelembutan masakan Jepang, ia memutuskan untuk meniti karier di dunia kuliner.

Saat masih mahasiswa, Komang tertarik pada budaya dan masakan Jepang karena kesukaannya terhadap anime Jepang. Selama kuliah, ia berhasil lulus Ujian Kemampuan Bahasa Jepang (JLPT) tingkat N2. Setelah lulus, ia bekerja sebagai pengajar di sekolah bahasa Jepang yang berada di Indonesia, mengajar bahasa Jepang kepada siswa tingkat N4 hingga N3 yang ingin melanjutkan studi ke universitas di Jepang.

Dengan keyakinan bahwa “bekerja di Jepang akan menjadi pengalaman penting untuk pengembangan karier saya,” ia memperoleh visa Peserta Tokutei Gino pada Desember 2023 di bidang makanan dan minuman, lalu bergabung dengan perusahaan M&Operation Co., Ltd., yang mengelola beberapa restoran. Ia ditempatkan di restoran bergaya izakaya Jepang bernama “Suginoko” yang berlokasi di Bandara Haneda, dan hingga kini masih bekerja di sana.

“Saya memang menyukai memasak dan merasa bahagia ketika bisa membuat orang lain senang melalui makanan. Sejak kecil saya sering membantu ibu memasak, dan kadang juga membantu di restoran milik paman saya di Bali. Masakan Jepang memiliki tampilan yang indah dan sangat halus, itulah sebabnya saya ingin mencoba dan mempelajarinya.”

Ia telah berkembang hingga kemampuan memasak tempuranya diakui oleh kepala koki.

Restoran tempat Komang bekerja, “Suginoko,” beroperasi selama 24 jam. Karena berlokasi di dalam Bandara Haneda, restoran ini menjadi sangat ramai pada musim sibuk seperti tahun baru dan Obon. Di sana, ia bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan dapur seperti menyiapkan bahan makanan, menyajikan hidangan, dan memesan bahan baku. Kini Komang menjadi sosok yang sangat penting bagi restoran tersebut, meskipun pada awal bergabung ia menghadapi banyak kesulitan.

Dalam hal komunikasi bahasa Jepang, ia sering merasa bingung dengan ungkapan-ungkapan yang belum pernah ia pelajari sebelumnya, seperti “deki shidai” yang berarti “segera disajikan setelah selesai dimasak.” Karena restoran tempatnya bekerja sangat sibuk, ia juga sempat kesulitan menyeimbangkan antara kecepatan penyajian dan kerapian dalam penataan hidangan.

Kadang ia juga melakukan kesalahan, seperti menyajikan makanan yang salah. Namun Komang selalu berusaha mencari cara agar kesalahan yang sama tidak terulang, dengan mencatat dan menghafalkan hal-hal penting. Berkat usaha yang terus ia lakukan, sekitar satu tahun setelah penempatan, ia telah berkembang hingga mampu menangani semua pekerjaan dengan baik.

“Awalnya memang sangat sulit, tetapi lama-kelamaan saya mulai terbiasa dengan pekerjaan ini. Sekarang saya paling mahir dalam menyiapkan tempura dan menata sashimi. Saya khususnya pandai membuat tempura udang dengan teknik ‘hana-age’, yaitu cara menggoreng hingga adonannya mekar seperti bunga — bahkan kepala koki pernah memuji hasil masakan saya.”

Mimpinya adalah membuka restoran masakan Jepang di Indonesia.

Sistem kerjanya dibagi menjadi dua shift — shift siang (pukul 12.00 hingga 23.00) dan shift malam (pukul 23.00 hingga 10.00) — dan Komang biasanya bertugas pada shift siang. Ia bangun pukul 08.30 pagi, melakukan yoga, latihan fisik, dan belajar bahasa Jepang, lalu berangkat dari rumah pukul 11.10 dengan kereta menuju tempat kerja. Karena biasanya pulang sekitar pukul 23.30, ia sering tidur lewat tengah malam.

Pada hari libur, ia sering menghabiskan waktu bersama kekasihnya yang juga berasal dari Indonesia. Kadang mereka berjalan-jalan ke tempat wisata terkenal di Tokyo seperti alun-alun Hachiko di Shibuya atau Taman Ueno.

“Di Tokyo, saya benar-benar terkesan karena kereta selalu datang tepat waktu, dan kotanya sangat bersih. Masyarakat Jepang memiliki hati yang penuh keramahan dan sangat baik. Saya tidak akan pernah lupa saat berkunjung ke rumah sakit, salah satu staf berbicara dengan saya sambil berlutut di lantai. Saya sangat terkejut dan merasa sangat berterima kasih atas kebaikan mereka.”

Pada Desember 2025, Komang akan memasuki tahun kedua masa kerja dengan visa Tokutei Ginou (Pekerja Berketerampilan Spesifik). Ia memiliki impian untuk semakin mengasah kemampuan memasak selama sisa masa kontraknya, lalu membuka restoran masakan Jepang di Indonesia. Ia ingin menyajikan hidangan dengan gaya baru yang memadukan masakan Jepang tradisional dengan cita rasa Indonesia. Komang juga berencana mendirikan restoran tersebut bersama Hiroshi Sakurai, Presiden Direktur M&Operation yang juga memiliki cabang di Bali, serta teman-temannya dari Jepang. Untuk mewujudkan impian itu, saat ini ia terus belajar demi memperoleh sertifikasi JLPT N1.

Akhirnya, ia menyampaikan pesan kepada orang-orang yang ingin bekerja di Jepang:

“Bekerja di Jepang bukanlah hal yang mudah. Namun, ada banyak hal yang bisa dipelajari dan banyak kesempatan untuk berkembang. Pada awalnya memang sangat sulit, tetapi jika terus berusaha, pengalaman itu akan menjadi sesuatu yang berharga. Jangan menyerah pada impianmu dan teruslah berjuang. Saya sendiri menjadi lebih kuat secara mental selama bekerja di Jepang. Saya percaya, usaha kecil yang dilakukan setiap hari akan menjadi kekuatan besar di masa depan.”

Artikel Terkait