Perjuangan Wujudkan Mimpi Dirikan Sekolah Perawatan Lansia di Indonesia

EKA ERIKSON
Kelahiran 1986
Asal Cirebon, Jawa Barat
Fuji Kenikukai Special Nursing Home Care Port Itabashi
Datang ke Jepang sebagai Calon Caregiver melalui Program EPA, dan Lulus Ujian Nasional
Ketika masih duduk di tahun ketiga jurusan keperawatan di politeknik di Indonesia, Eka mendapat rekomendasi dari dosen jurusan Sastra Jepang dan memutuskan untuk datang ke Jepang di bawah program calon caregiver EPA.
“Tidak ada fasilitas perawatan lansia di Indonesia, jadi di keluarga saya pun anggota keluarga sendirilah yang merawat kakek-nenek sampai akhir hayat mereka di rumah. Saya sangat sayang dengan kakek nenek, dan saya merasa sangat tertarik saat mengetahui bahwa pekerjaan perawatan lansia bukan hanya mengurus kebutuhan sehari-hari, tapi juga penting untuk membangun komunikasi seperti mengobrol.”
Eka datang ke Jepang pada tahun 2008, dan menjalani pelatihan bahasa Jepang dan keperawatan selama sekitar 6 bulan di Prefektur Osaka. Setelah mengajukan tiga pilihan lokasi penempatan, ia ditempatkan di sebuah panti jompo khusus di Prefektur Ibaraki. Dari 8 jam kerja sehari, selama 2 jam diisi dengan kelas belajar mengenai istilah teknis dalam keperawatan dan kanji, serta ada pekerjaan rumah setiap hari. Setelah memenuhi persyaratan pengalaman kerja selama 3 tahun, pada tahun 2012 ia mengikuti ujian untuk menjadi caregiver bersertifikat. Walaupun saat itu sempat gagal hanya karena nilai kurang 2 poin, Eka berhasil lulus dengan memuaskan di tahun berikutnya.
“Pihak panti sempat meminta saya untuk terus bekerja di sana, tapi saat itu saya masih berusia 20-an tahun dan punya keinginan untuk mencoba berbagai hal selagi masih muda, jadi saya memutuskan untuk pulang dulu ke Indonesia.”

Aktif Manfaatkan Kemampuan Bahasa Jepang setelah Kembali ke Indonesia
Setelah kembali ke Indonesia pada Oktober 2015, pekerjaan pertama yang Eka lakukan adalah menjadi penerjemah di sebuah perusahaan Jepang yang berlokasi di Jakarta. Ia bekerja sebagai freelance selama sekitar dua tahun. Setelah itu, ia bekerja di sebuah perusahaan asuransi dan menangani wisatawan asal Jepang. Saat ada kejadian seperti sakit, cedera, atau kecelakaan selama mereka tinggal di Indonesia, Eka mendampingi mereka dan menangani proses klaim asuransi. Karena kejadian seperti itu bisa terjadi kapan saja, ia harus selalu siap siaga 24 jam, dan pekerjaan tersebut sangat berat.
“Saya pernah menghadapi berbagai macam kasus, tapi yang paling tidak bisa saya lupakan adalah ketika mendapat telepon pukul 2 dini hari, lalu mengantar seorang nasabah yang mengalami keguguran ke rumah sakit dan menemani mereka sampai pagi. Gaji tahunannya memang bagus, tapi secara fisik dan mental terlalu berat, jadi saya berhenti setelah satu setengah tahun.”
Setelah itu, Eka pindah kerja ke sebuah lembaga pengirim tenaga kerja dari Indonesia ke Jepang. Selama sekitar satu tahun, ia bekerja sebagai penanggung jawab bagi para peserta program magang teknis. Lalu, ia memutuskan untuk kembali bekerja di Jepang.
“Saya punya cita-cita besar, yaitu mendirikan sekolah kejuruan perawatan lansia di Indonesia. Di sekolah tersebut, saya ingin mengajarkan bahasa Jepang dan ilmu perawatan, serta membina banyak calon caregiver bersertifikat. Saya sudah mencoba berbagai pengalaman untuk itu, tapi saya sadar bahwa pengetahuan saya tentang manajemen sekolah keperawatan masih belum cukup. Karena itu, saya ingin kembali ke Jepang untuk belajar lebih banyak lagi.”

Sudah 11 Tahun Bekerja di Fasilitas Perawatan Impian di Tokyo
Eka kembali datang ke Jepang pada Desember 2020 dan memilih panti jompo berbayar di Prefektur Gunma sebagai tempat kerjanya yang baru. Ia ingin mendapatkan pengalaman di jenis fasilitas perawatan yang berbeda dari panti jompo tempat ia pernah bekerja sebelumnya.
“Karena biaya masuknya cukup mahal, para penghuni fasilitas memiliki permintaan yang sangat detail terhadap layanan. Saya berusaha menggunakan bahasa sehalus mungkin, dan itu menjadi pengalaman belajar yang sangat bagus untuk saya.”
Eka telah bekerja di Care Port Itabashi sejak September 2022, setelah diperkenalkan ke perusahaan tersebut oleh perwakilan dari Japan International Corporation of Welfare Services (JICWELS), yang membantunya selama kunjungan pertamanya ke Jepang.
“Saya senang karena akhirnya bisa bekerja di Tokyo, seperti yang saya impikan. Bagi saya, Jepang itu identik dengan Tokyo karena banyak tempat wisata dan makanan enak. Saya juga suka tempat yang ramai, jadi saya sering jalan-jalan ke Shinjuku dan Shibuya.”
Dengan pengalaman di tiga lokasi yang berbeda, kini Eka memasuki tahun ke-11 dalam kariernya di bidang perawatan lansia. Ia sudah sangat lancar berbicara dalam bahasa Jepang, dan memahami sekitar 80% kanji.
“Sekarang saya tidak panik dengan apapun yang terjadi di lapangan. Selama saya tetap tenang dan berpikir jernih, saya bisa menghadapi penghuni panti dengan baik. Rekan-rekan kerja juga sangat ramah, suasana kerja sangat menyenangkan, dan saya benar-benar menikmati pekerjaan ini.”

Terakhir, mohon berikan saran mengenai cara belajar untuk ujian bagi mereka yang ingin memperoleh kualifikasi pekerja caregiver bersertifikat.
“Dalam program EPA, waktu belajar untuk ujian disediakan selama jam kerja, dan juga disediakan materi belajar dari JICWELS. Jadi, penting untuk benar-benar memanfaatkan itu sebaik mungkin. Untuk mereka yang mengikuti jalur Tokutei Ginou atau magang (Ginou Jisshu), harus belajar mandiri. Jika bingung memilih bahan belajar, sebaiknya minta saran dari orang lain. Istilah teknis dalam bidang keperawatan sangat sulit, jadi kalau tidak dipelajari sedikit demi sedikit, akan sulit untuk mengingatnya. Saya rasa, cara yang paling efisien adalah menetapkan target dan belajar dengan ritme yang sesuai dengan diri sendiri.”