Updated by May 13th, 2025
Radea, Special Nursing Home Hanamizuki

Kesenangannya dalam Berinteraksi dengan Orang Membuat Pekerjaannya sebagai Caregiver Terasa Seperti Panggilan Hidup Baginya


(RADEA)
Kelahiran 1993 Asal Kota Karawang, Jawa Barat

Tekadnya untuk Pergi ke Jepang Bermula dari Pertemanannya dengan Orang Jepang

“Berbicara dengan orang Jepang sudah jadi kesenangan saya sejak lama,” ujar Radea, caregiver asal Indonesia di panti jompo khusus Hanamizuki, yang berlokasi di Prefektur Saitama.

Ia lahir dan besar di Karawang, sebuah kawasan pusat industri, dan mulai bekerja di sebuah pabrik milik perusahaan otomotif Jepang setelah lulus SMA. Karena ada orang Jepang yang ditugaskan sementara di Indonesia, ia sering menghabiskan waktu bermain bersama mereka. Namun, ketika temannya harus kembali ke Jepang, ia pun berpikir, “Saya juga ingin pergi ke Jepang.”

Setelah berdiskusi dengan manajer di perusahaannya, ia mendapat saran untuk berhenti bekerja di pabrik dan belajar bahasa Jepang agar bisa mendapatkan visa kerja, dan ia pun kemudian mendaftar di sebuah sekolah bahasa Jepang di Indonesia. Di usia 23 tahun, ia datang ke Jepang sebagai peserta program magang teknis (ginou jisshusei) dan menghabiskan sekitar tiga tahun bekerja di sebuah pabrik otomotif di Kota Ota, Prefektur Gunma.

“Di pabrik itu, saya juga mendapatkan teman baru. Kami sering pergi bermain bersama, dan bahkan saya pernah menginap di rumahnya. Keluarganya juga sangat ramah, hingga saya dibilang ‘seperti anak sendiri’, dan itu membuat saya sangat senang”

Meski masa magangnya telah selesai, keinginannya untuk tetap bekerja di Jepang tetap kuat. Namun, pandemi COVID-19 yang membatasi perjalanan internasional membuat impiannya sempat tertunda. Dalam usaha mencari cara untuk kembali ke Jepang, ia akhirnya menemukan bahwa sektor keperawatan lansia (caregiver) sedang kekurangan tenaga kerja dan menawarkan peluang besar untuk bekerja.

Awalnya, Ia Berencana Berhenti Jadi Caregiver Setelah Beberapa Tahun

Awalnya, Radea hanya berniat bekerja sebagai caregiver selama beberapa tahun untuk mengumpulkan pengalaman, sebelum kembali ke industri manufaktur—bidang yang lebih dulu ia geluti—dengan mengganti jenis visa kerjanya. Namun, di tengah menjalani pekerjaannya hingga memasuki tahun ketiga ia bekerja, ia berubah pikiran.

“Berbeda dengan pekerjaan di industri manufaktur yang berurusan dengan benda mati, pekerjaan caregiver berhubungan langsung dengan manusia. Mesin atau barang, mungkin bisa diperlakukan seadanya, tetapi para lansia yang dirawat adalah manusia seperti kita, sehingga kita harus menghadapi mereka dengan tulus, penuh empati, serta mempertimbangkan perasaan mereka. Meskipun awalnya cukup sulit, ketertarikan saya terhadap berbicara dengan orang Jepang membuat saya semakin menikmati pekerjaan ini. Lama kelamaan, saya merasa bahwa inilah panggilan hidup saya, karena selain merawat, saya juga bisa berbincang dengan para lansia. Bagi saya yang sedang belajar bahasa Jepang, pekerjaan ini sangat cocok dan memberi kesempatan untuk berkembang.”

Topik pembicaraan dengan para lansia sangat bervariasi, tidak hanya terbatas pada percakapan sehari-hari yang santai. Terkadang, ia juga dapat berbagi pengetahuan tentang perbedaan antara Indonesia dan Jepang kepada mereka. Radea terkadang juga menghibur para lansia dengan candaan, membuat mereka terkejut atau tertawa.

Hubungannya dengan senior yang bekerja di unit yang sama pun terjalin hangat. Mereka kerap bertukar rekomendasi game ponsel favorit dan sesekali menghabiskan waktu bersama dengan berkaraoke, menyanyikan lagu-lagu J-POP seperti “Eikou no Kakehashi” dan “Sangatsu Kokonoka”.

Justru Karena Jepang merupakan Negara yang Nyaman, Sangat Penting untuk Benar-benar Menaati Peraturannya

Di waktu luangnya, terutama saat akhir pekan, ia senang berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara melalui grup chat di aplikasi ‘Hallo Talk’. Lewat hobinya bermain game, ia bahkan berhasil menjalin pertemanan dengan orang Jepang, dan mereka kerap bermain bersama sambil mengobrol melalui voice chat.

Kini, setelah sepenuhnya beradaptasi dengan kehidupan di Jepang, ia pun terbiasa memasak masakan rumahan seperti tumis sayur, sup miso, hingga kari di rumah. Belakangan ini pun, ia merasa ada yang kurang jika makan sashimi tanpa wasabi, menandakan bahwa lidahnya pun semakin terbiasa dengan cita rasa Jepang.

Harapan Radea saat ini adalah untuk bisa memperoleh sertifikasi sebagai caregiver agar bisa melanjutkan karirnya di Jepang lebih lama lagi. Ia ingin bisa membawa ibu serta adik laki-laiknya pergi berlibur ke Jepang dan memperlihatkan bunga sakura serta salju secara langsung.

“Hidup di Jepang terasa nyaman, karena akses ke tempat-tempat yang diinginkan mudah, dan berbagai kebutuhan pun bisa didapatkan dengan mudah. Meski aturan di Jepang terbilang lebih ketat dibandingkan Indonesia, hal itu justru membuat kehidupan di sana terasa lebih aman dan jauh dari situasi berbahaya. Karena itu, meski merasa nyaman tinggal di sini, saya tetap berusaha menjaga sikap agar tidak sampai merugikan atau mengganggu orang lain. Saya rasa, selama kita tidak melupakan semangat dari peribahasa Indonesia ‘Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’, maka orang Indonesia yang akan datang ke Jepang pun bisa cepat beradaptasi.”