Updated by May 7th, 2025
Hari, Monolith Corporation

Belajar Teknik Plester di Jepang Berkat Inspirasi Anime dari Senior yang Baik Hati

Hari Wijaya
Kelahiran 1999 Asal Sumatra Utara

Perjalanan Menjadi Ginou Jisshusei (Pemagang Teknis) di Jepang

“Sejak kecil saya menyukai anime seperti ‘One Piece’ dan ‘Naruto’, sehingga saya memiliki tekad untuk pergi ke Jepang bagaimanapun caranya” kata Hari, yang bekerja sebagai Ginou Jisshusei sejak tahun 2022 di Monolith Corporation, perusahaan yang menangani pekerjaan plesteran dan konstruksi lantai.

Keinginannya untuk pergi ke Jepang muncul ketika ia berusia 23 tahun. Setelah lulus SMA, ia sempat mempertimbangkan untuk melanjutkan studi ke universitas di Jepang, namun karena alasan keuangan, ia memilih bekerja sebagai peserta pemagang. Di sekolah bahasa Jepang yang ia hadiri saat itu, memberi dua pilihan antara perawatan keperawatan dan konstruksi, dan Hari memilih konstruksi.

Menikmati Kerja Keras Bersama dengan Senior Bersosok Seperti Seorang “Ayah”

Saat ini, Hari bekerja di pekerjaan lapangan yang berlokasi di Nagoya, Prefektur Aichi, sebagai pengrajin plesteran yang memperbaiki dinding dan lantai. Pekerjaannya melibatkan melapisi dinding yang rusak atau penyok dengan beton agar mudah dicat.

“Senior di sini baik-baik, jadi saya senang bekerja di sini. Beberapa dari mereka memperlakukan saya seperti seorang anak, sesekali kami pergi makan gyoza setelah bekerja, atau bercanda dengan saya saat istirahat (tertawa). Bahasa Jepang itu sulit karena huruf kanjinya, akan tetapi selama saya bisa mendengar dan memahami, komunikasi di lapangan tidak menjadi masalah.”

Monolith Corporation mempekerjakan beragam staf tanpa memandang usia atau kebangsaan, dan berupaya menciptakan suasana di mana setiap orang dapat berkomunikasi secara setara. Setelah medical check up tahunan, diadakan sebuah safety meeting yang memberikan kesempatan bagi para staf yang bekerja di berbagai lokasi di seluruh Jepang untuk secara terbuka mengakui dan mengapresiasi kerja keras satu sama lain. Hari dan para pemagang lainnya juga mengunjungi sosok senior yang mereka hormati, dan menghabiskan waktu bersama untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Pentingnya untuk Menerima bahwa Indonesia dan Jepang Memiliki Cara Berpikir yang Berbeda

Mulai pada awal tahun baru ini, Hari memiliki Hobi baru yakni mengangkat beban. Begitu pulang kerja, ia berlatih selama 2 jam sehari, 4 kali seminggu, dengan fokus pada melatih dan membentuk bagian tubuh atas.

“Saya memulai angkat beban karena saya ingin menjadi pria berotot yang akan terlihat bagus menggunakan pakaian apa pun. Usaha yang saya lakukan perlahan-lahan menunjukkan hasil.”

Impian masa depan Hari adalah kembali ke Indonesia dan menjadi tentara untuk berkontribusi kepada negara. Bagi Hari, yang ingin terlihat sebagai pria jantan dan keren, ia mengagumi prajurit yang dapat melindungi negara yang dicintainya adalah sebuah impian. Ia juga berencana untuk memanfaatkan keterampilan plesteran yang sedang dipelajarinya untuk membangun rumahnya sendiri.

Terakhir, Hari yang tengah bekerja keras untuk meraih mimpinya, memiliki pesan bagi orang Indonesia yang berminat untuk bekerja di Jepang di masa mendatang.

“Di Jepang, ada orang yang sengaja menegur di depan umum untuk mendorong pertumbuhan seseorang. Bagi orang Indonesia, ini mungkin terasa menyakitkan, tetapi cobalah untuk memahami bahwa cara berpikir di Indonesia dan Jepang berbeda, dan tetaplah berusaha dengan sikap positif. Di Jepang, air keran bisa diminum, dan ada banyak hal yang membuat hidup menjadi sangat praktis. Karena Karena sudah datang ke Jepang, mari kita nikmati kelebihan-kelebihan ini sambil berjuang menuju masa depan.”