Updated by April 23rd, 2025
Diki, Ai no Ie Group Home

Senyuman Penghuni Panti adalah Sumber Semangat, Ingin Bekerja Lama di Jepang dengan Meraih Kualifikasi Kaigofukushi-shi

Diki
Asal Kota Purwodadi, Jawa Tengah

Dari Hokkaido ke Kota Metropolitan Tokyo Demi Lingkungan yang Lebih Nyaman

Diki Putri sudah sering menonton anime Jepang melalui televisi dan platform YouTube sejak remaja, dari situlah muncul keinginan untuk bisa bekerja di Jepang. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan di sekolah bahasa Jepang dan mengikuti wawancara kerja hingga akhirnya diterima bekerja di sebuah group home atau panti jompo di Sapporo, Hokkaido.

Setibanya di Jepang pada Maret 2022, ia mulai membangun pengalaman kerja dengan baik. Selama sekitar dua tahun bekerja, ia berhasil memperoleh izin tinggal Pekerja Berketerampilan Spesifik (Specified Skilled Workers) sebagai caregiver. Namun, bagi Diki Putri yang lahir dan besar di Indonesia, kehidupan di Hokkaido yang sangat dingin ternyata lebih berat dari yang dibayangkan.

“Saljunya tebal dan udaranya sangat dingin. Saat musim dingin, tangan dan telinga saya terasa sakit. Selain itu, jarak ke mana-mana jauh, sehingga saya jarang bisa berkunjung ke tempat-tempat wisata yang sebenarnya ingin saya datangi,” ujarnya. Karena alasan itulah, ia mulai mencari tempat kerja baru di area metropolitan yang lebih nyaman untuk ditinggali.

Akhirnya pada Juli 2024 lalu, ia mengikuti wawancara online dengan beberapa perusahaan. Pilihannya jatuh pada perusahan yang lokasinya paling dekat dengan Tokyo, yaitu “Ai no Ie Group Home” di Kota Kawaguchi, Prefektur Saitama, panti yang dikelola oleh Medical Care Service Company Inc.

Tangani Tugas Perawatan Sehari-hari, dari Makan, Mandi, Hingga Waktu Bermain

Saat masih tinggal di Hokkaido, Diki Putri tinggal bersama dua orang lainnya dalam satu rumah. Namun, saat ini ia tinggal sendiri di Kota Kawaguchi dan pergi bekerja ke panti dengan bersepeda.

Sistem kerja di tempatnya saat ini menggunakan sistem tiga shift, yaitu pagi (jam 7:00-16:00), siang (jam 10:00-19:00), dan malam (jam 16:00-10:00 keesokan harinya). Hari liburnya sekitar 8-10 hari dalam sebulan, meskipun jam kerja dapat berubah tergantung kebijakan tiap unit kerja.

Penghuni panti “Ai no Ie Group Home” adalah lansia dengan tingkat ketergantungan minimal level 2 ke atas atau yang telah didiagnosis mengalami demensia. Tugas staf perawat meliputi persiapan dan membantu makan sebanyak tiga kali sehari, diselingi dengan kegiatan seperti membantu ke toilet, memandikan, mencuci pakaian penghuni, serta mendampingi jalan-jalan di sekitar panti. Selain itu, kegiatan rekreasi di dalam ruangan seperti voli balon atau permainan tradisional Jepang juga merupakan bagian penting dari pekerjaan, karena membantu mengurangi atau memperbaiki gejala demensia.

“Yang paling sulit saat mulai bekerja adalah berkomunikasi dengan para penghuni. Banyak dari mereka menggunakan kosakata lama yang tidak saya pakai, sehingga terkadang saya membuat mereka kesal tanpa sengaja. Terkadang mereka hanya menjawab ‘tidak tahu’ atas apapun yang saya tanyakan, sehingga membuat saya bingung,” ungkapnya. “Selain itu, pekerjaan ini cukup menguras tenaga, misalnya harus mengangkat dan memindahkan penghuni yang tidak bisa bangun dari tempat tidur. Namun, saya ikut bersemangat setiap kali bisa bercanda atau bermain bersama dan melihat mereka tersenyum. Rasanya sangat membahagiakan ketika bisa benar-benar membantu mereka.”

Jangan Ragu Bertanya Tentang Hal yang Tidak Dipahami Kepada Senior

Pada hari libur, ia sering menghabiskan waktu bersama teman-teman, mengunjungi tempat wisata, menikmati kafe di Shibuya atau Harajuku, serta berbelanja. Kehidupan pribadinya pun terasa semakin menyenangkan dan seimbang.

“Dulu, saya berpikir akan kembali ke Indonesia setelah lima tahun, tapi sekarang saya berubah pikiran―saya ingin terus bekerja di Jepang. Selain ingin menabung, saya merasa bisa melakukan banyak hal yang saya sukai selama tinggal di Jepang.”

Mulai Juni 2025, ia berencana mengikuti Pelatihan Praktisi Pekerja Perawatan (Kaigofukushishi Jitsumusha Kenshuu), dan berniat mengikuti ujian sertifikasi nasional pada tahun berikutnya. Pada bulan Juli di tahun yang sama, ia juga akan mencoba ikut ujian kemampuan bahasa Jepang atau JLPT level N2.

Pesan untuk teman-teman dari Indonesia yang ingin bekerja di Jepang:
“Saya juga mengalami masa sulit di awal, tapi perlahan-lahan saya bisa beradaptasi. Jadi, datanglah ke Jepang dengan percaya diri. Semua senior di tempat kerja saya adalah orang Jepang, dan mereka selalu memberikan arahan dengan sangat ramah dan penuh perhatian ketika saya mengalami kesulitan. Jika ada hal yang tidak dimengerti, jangan malu untuk bertanya karena hal itu sangat penting.”

Related Post